07
Jul
Balikpapan – Sejalan dengan penerapan teknologi dan inovasi, serta langkah optimalisasi biaya, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) berhasil menyelesaikan pengeboran tiga sumur migas lepas pantai di Wilayah Kerja East Kalimantan & Attaka hanya dalam waktu 82 hari, atau lebih cepat dibandingkan rencana awal. Tiga sumur baru tersebut, yakni STA-37, STA-38, dan STA-39 terletak di Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU) Kalimantan Timur dan berhasil diselesaikan pada periode Maret hingga Mei 2025.
General Manager Zona 10, Yoseph Agung Prihartono, menjelaskan bahwa pengeboran ini, selain dapat dituntaskan dengan waktu yang lebih cepat, juga dilakukan dengan realisasi anggaran lebih rendah dari perencanaan sehingga menghasilkan efisiensi yang baik. “Dengan mempertimbangan tantangan bisnis dan operasi yang semakin kompleks, kami terus melakukan langkah-langkah strategis dan taktis untuk memastikan kegiatan operasi hulu migas, termasuk pengeboran, menjadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Menurut Yoseph, keberhasilan pengeboran yang lebih cepat ini mencerminkan perencanaan yang matang, sinergi dan pelaksanaan yang presisi dari tim engineering, keandalan operasional dan keselamatan, serta pemanfaatan inovasi dan teknologi pengeboran terkini.
Pengeboran ketiga sumur ini, menurutnya dapat diselesaikan dengan selamat sesuai dengan target. ”Kami senantiasa menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama sekaligus fondasi dalam setiap kegiatan operasi dan bisnis hulu migas perusahaan meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dalam proses pengeboran ini,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa dalam kegiatan pengeboran ini, Perusahaan menerapkan praktik-praktik keselamatan terbaik di industri migas tingkat nasional dan global, termasuk Pertamina Corporate Life Saving Rules (CLSR) dan HSSE Golden Rules, guna memastikan operasional yang selamat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Drilling Manager PHKT Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Ted S. Pelawi, menyampaikan bahwa kegiatan pengeboran sumur-sumur baru dilakukan sebagai langkah strategis Perusahaan dalam mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature. Perusahaan pun senantiasa mendorong inovasi dan penerapan teknologi berdasarkan praktik-praktik terbaik. “Kami menerapkan inovasi, teknologi, serta praktik-praktik engineering terbaik yang dapat meningkatkan keselamatan, kecepatan, dan efisiensi biaya pengeboran,” ungkapnya.
Menurutnya, proyek pengeboran STA Platform merupakan salah satu yang paling kompleks di area DOBU, di mana sejak fase awal Rig Move In (RMI) sudah menghadapi kondisi lapangan yang cukup menantang. Ketiga sumur dirancang dengan lintasan lateral dari titik permukaan mengarah ke target reservoir. Pengeboran Sumur STA-38 menggunakan desain 3D S-curve karena memiliki profil lintasan yang cukup menantang. Hal ini menuntut tingkat presisi dan keahlian tinggi dalam pengeboran directional drilling. Begitu juga dengan Sumur STA-37 yang memiliki target cukup jauh dari platform sehingga harus dilakukan directional drilling sepanjang 6.000 ft.
Tantangan teknis lainnya adalah risiko tabrakan (collision risk) antara lintasan sumur baru dengan sumur-sumur yang sudah ada (eksisting) di bawah tanah. Di area STA Platform, terdapat setidaknya 14 (empat belas) sumur aktif dengan jalur bawah tanah yang sangat berdekatan. Potensi risikonya antara lain kerusakan struktur sumur, blowout (kehilangan kendali tekanan) sehingga pengeboran harus dilakukan dengan akurat.
Sebagai wujud komitmen terhadap penerapan standar keselamatan dan presisi teknis tertinggi, Tim Drilling PHKT menggunakan perangkat lunak simulasi tiga dimensi sejak sebelum pengeboran dimulai dan dilanjutkan secara berkala selama pengeboran berlangsung. Selama pengeboran, lintasan aktual sumur dipantau secara real-time melalui teknologi Measurement While Drilling (MWD), disertai koreksi lintasan dan survei berkala pada setiap stand, untuk memastikan bahwa jalur pengeboran tetap sesuai dengan desain awal.
PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang menjalankan pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di Wilayah Kerja East Kalimantan & Attaka di Kalimantan Timur. Melalui kerja sama dengan SKK Migas, PHKT bersama anak perusahaan dan afiliasi PHI lainnya terus melakukan beragam inovasi dan aplikasi teknologi untuk menghasilkan energi yang selamat, efisien, andal, patuh, dan ramah lingkungan demi mewujudkan #EnergiKalimantanUntukIndonesia. Informasi lebih lanjut tentang PHI tersedia di https://phi.pertamina.com.